Pengolahan Kelapa Kering Kopra

Pengolahan Kelapa Kering Kopra

Populasi kelapa banyak tersebar di daerah tropis. Negara-negara berkembang umumnya terletak di daerah tropis, seperti Indonesia. Negara-negara berkembang mengolah kelapa menjadi kelapa kering (kopra) baik itu melalui proses pemanasan biasa maupun dengan menggunakan mesin. Konsep utama dari pembuatan kopra adalah pengurangan kadar air dalam kelapa yang memang mendominasi sebagai besar kandungan kelapa. Di negara-negara berkembang, pengambilan minyak kelapa dari kopra hanya dilakukan dengan menggunkan teknik pengempaan. Teknik pengempaan juga dilakukan pada pabrik-pabrik berskala menengah.

Proses pengempaan tampaknya masih menyisakan kandungan minyak kelapa yang cukup signifikan. Hampir 6-7 % minyak kelapa masih tersisa yang berasal dari ampas (bungkil) hasil pengempaan. Minyak dengan kadar tersebut dapat diambil dengan menggunakan teknik ekstrasi dengan pelarut. Kadar minyak yang masih bisa diambil dengan teknik ekstrasi tersebut bisa mencapai < 0.1 %.

Pengolahan Kelapa Kering Kopra

Sebagai perbandingan, dengan menggunakan proses serupa, minyak yang didapat dari inti kelapa sawit / daging kelapa sawit sekitar 7 % untuk kadar air dan 50 % untuk kadar minyak. Terdapat 3 rute alternatif yang dapat dipilih untuk mengolah kopra (kelapa kering). Hasil pengolahan kopra dapat menghasilkan minyak jernih, ampas (yang masih bisa diolah untuk mendapatkan minyak), minyak mentah, dan tepung protein.   Teknik pengolahan kopra (kelapa kering) secara garis besar dapat dibagi menjadi dua, yakni dengan melakukan pemecahan terlebih dahulu dan ekstrasi langsung kopra. Produk yang didapat dari kedua teknik tersebut berbeda. 

Tanaman Kelapa Kering
Tanaman Kelapa Kering

Minyak Kelapa – Kreasi Pengganti Lemak Kakao

Kelapa dan kelapa sawit masih tergolong kerabat dekat. Oleh karena itu, produk yang dihasilkan dari kedua buah tanaman tersebut juga tidak jauh berbeda. Berbagai penelitian telah dilakukan, lemak yang didapat dari minyak kelapa maupun kelapa sawit dapat menambah atau menggantikan kehadiran lemak kakao. Seperti telah diketahui, permintaan lemak kakao secara global sangat tinggi. Oleh karena itu, perlu dicari cara bagaimana mengantisipasi permintaan global tersebut. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah mengoptimalkan lemak-lemak yang dihasilkan oleh makhluk hidup lain, seperti kelapa dan kelapa sawit.

Untuk melakukan sintesis atau rekayasa penggantian atau penambahan lemak kakao dengan minyak kelapa itu, tidak terlalu mengharuskan bahwa lemak tersebut mengandung komponen POP, POSt, dan StOSt. Konsep utama dari penambahan atau penggantian ini adalah rentang dan ketajaman titik leleh. Jadi, bila karakter dasar kedua parameter itu (rentang dan ketajaman titik leleh) sama, maka bisa dikatakan secara teoritis lemak (minyak kelapa) tersebut dapat digunakan untuk menambah atau menggantikan lemak kakao.

Lemak merupakan komponen besar yang tersusun dari trigliserida-trigliserida. Seperti halnya lemak pada tanaman lain, komponen penyusun utama minyak kelapa atau kelapa sawit adalah trigliserida. Berdasarkan penelitian, trigliserida-trigliserida yang didapat dari pengolahan minyak kelapa dan kelapa sawit memiliki karakteristik dasar rentang dan ketajaman titik leleh yang hampir sama dengan lemak kakao. Oleh karena itu, secara teoritis, minyak kelapa atau kelapa sawit bisa digunakan untuk menambah atau menggantikan fungsi lemak kakao. Untuk lebih jelasnya, perhatikan tabel di bawah ini

Keterangan :

  • La : Laurat (C12;0)
  • Mi : Miristat (C14;0)
  • Ka : Kaprat (C10;0)
  • Ki : Kaprilat (C8;0)
  • O : Oleat (C18;1)
  • P : Palmitat
  • St : Stearat

Komponen Trigliserdia Penyusun Minyak Kelapa – Kelapa Sawit

Bila diperhatikan, syarat utama penambahan atau penggantian lemak kakao oleh lemak minyak kelapa atau kelapa sawit telah dipenuhi. Pekerjaan selanjutnya yang perlu diperhatikan adalah berapa kandungan lemak dari minyak kelapa atau kelapa sawit tersebut? Pertanyaan di atas seyogyanya memang wajib dikemukakan. Bila memang kandungan lemak yang didapat tidak terlalu besar, maka ada kemungkinan proses untuk mendapat lemak tersebut tidak terlalu efisien dari hitung-hitungan ekonomis. Namun bila yang terjadi adalah sebaliknya, maka potensi besar tersebut harus bisa dimanfaatkan dengan baik. Berikut ini kandungan lemak yang didapat dari minyak kelapa dan kelapa sawit.

Minyak kelapa

  • 84 % mengandung komponen trigliserida trijenuh
  • 12 % mengandung komponen trigliserida dua jenuh – satu tak jenuh
  • 4 % mengandung komponen trigliserida satu jenuh – dua tak jenuh
  • Komponen utama (>10 %) adalah Trilaurin (LaLaLa) 11 %, DiLauromiristin (LaMLa + LaLaM) 11 %, Kaprilodilaurin + Kaprodilaurin 17 %, dan Kaprilolauromiristin + Kaprolauromiristin 11 %.

Minyak kelapa sawit

  • 63 % komponen trigliserida trijenuh
  • 26 % komponen trigliserida dua jenuh – satu tak jenuh
  • 11 % komponen trigliserida satu jenuh – dua tak jenuh

Komponen utama (> 4 %) adalah Trilaurin 20 %, Dilauromiristin 14 %, Kaprodilaurin + Kaprilolauromiristin 8 %, Lauromiristopalmitin 8 %, Dilauroolein 5 %, dan Kaprolauroolein + Kaprilomiristoolein 4 %. Pohon kelapa merupakan tanaman yang banyak ditemukan di wilayah provinsi Sulawesi Utara. Masyarakat di wilayah provinsi tersebut sudah sejak lama terbiasa dalam membudidayakan kelapa sebagai salah satu sumber pendapatan utama mereka.Dari tanaman kelapa itulah mereka bisa memperoleh pendapatan untuk menopang kebutuhan hidup sehari-hari maupun untuk membiayai sekolah anak-anak mereka.

Tanaman kelapa sendiri termasuk tanaman yang cukup istimewa. Karena, hampir seluruh bagian tanaman tersebut dapat dimanfaatkan masyarakat untuk membuat berbagai produk kebutuhan sehari-hari. Daun kelapa dapat dimanfaatkan untuk membuat sapu lidi, sedangkan dari bunga kelapa dapat disadap niranya yang kemudian dapat diproses menjadi gula kelapa. Kayu kelapa yang berasal dari batang pohon kelapa kini banyak dimanfaatkan sebagai bahan bangunan disamping sebagai bahan baku untuk pembuatan furniture. Dari buah kelapa, masyarakat dapat memanfaatkan sabut kelapa untuk memproduksi berbagai barang kerajinan seperti kemoceng, tambang sabut kelapa atau keset sabut kelapa. Belakangan, sabut kelapa yang dikombinasi dengan lateks karet banyak dimanfaatkan untuk membuat busa sabut kelapa untuk pembuatan jok mobil, kasur atau matras dan lain-lain.

Sementara itu, batok kelapa yang memiliki karakteristik yang sangat khas dapat dimanfaatkan untuk membuat berbagai barang kerajinan seperti mulai dari kancing, manik-manik, berbagai jenis asesoris, hiasan interior, piring, taplak meja hingga ubin batok kelapa yang sangat indah. kerajinan-batok-kelapa1Daging buah kelapanya sendiri sudah sejak lama dimanfaatkan masyarakat untuk memproduksi santan kelapa yang banyak dibutuhkan untuk kebutuhan memasak sebagai bumbu dapur. Santan kelapa juga dapat diproses lebih lanjut menjadi minyak goreng kelapa (klentik) yang memiliki aroma yang sangat khas. Selain dapat diparut untuk diambil santannya, daging buah kelapa juga dapat diproses terlebih dahulu menjadi kopra. Kopra sendiri merupakan bahan baku utama untuk pembuatan minyak kopra. Baik kopra maupun minyak kopra selama ini menjadi komoditi dagang yang banyak dicari importir dari mancanegara. Di luar negeri kopra umumnya dipergunakan sebagai bahan dasar bagi industri minyak kopra atau minyak kelapa (coconut oil) dan lemak. Namun demikian, dalam industri minyak kelapa dan lemak, kualitas kopra sangatlah menentukan kualitas produk akhir minyak kelapa dan lemak yang dihasilkan.

Kopra

Sementara kualitas kopra sangat ditentukan oleh proses pengeringan untuk mencapai tingkat kadar air yang diinginkan. Karena itu, proses pengeringan merupakan salah satu tahap kritis dalam proses penanganan pasca panen buah kelapa. Mengingat pentingnya proses pengeringan dalam memperoleh kopra berkualitas tinggi, Balai Riset dan Standardisasi (Baristand) Industri Manado menaruh perhatian yang sangat besar terhadap proses pengeringan dalam pembuatan kopra dari daging buah kelapa. Dengan dasar pertimbangan itulah, Baristand Industri Manado kemudian mencoba merancang sebuah alat pengering daging buah kelapa yang dapat menghasilkan kopra berkualitas tinggi yang disebut dengan Kopra Putih. Upaya Baristand Industri Manado tersebut telah menghasilkan sebuah alat yang disebut dengan Alat Pengering (Tungku) Kopra Putih mobile yang beberapa unit diantaranya sudah lulus tahap uji coba dan kini siap untuk didiseminasikan kepada kalangan petani kelapa.

Tungku pengering kopra putih ini sangat dibutuhkan kalangan petani kelapa karena dapat meningkatkan nilai tambah kopra melalui peningkatan kualitas kopra yang dihasilkan. Bagi petani sendiri meningkatnya mutu kopra berarti meningkatnya pendapatan sebab kopra berkualitas tinggi dapat dijual dengan harga yang lebih tinggi. Sebagai contoh, kopra asap (kopra yang dikeringkan dengan metode pengasapan) selama ini di pasaran dijual dengan harga Rp 6.000-Rp 7.000 per kg, sedangkan kopra putih dapat dijual dengan harga Rp 12.000 per kg. kerajinan-kelapaKualitas kopra putih jauh lebih baik dari kualitas kopra asap karena kopra putih memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan kopra asap. Kelebihan itu diantaranya kopra putih memiliki kadar air yang cukup rendah hingga 5%-6%, kopra putih relatif bebas dari serangan cendawan dan warnanya jauh lebih putih dan bersih. Kopra putih juga bebas dari aroma yang ditimbulkan dari proses pengasapan sehingga aroma asli kopranya jauh lebih dominan.

Dengan kualitas seperti itu, kopra putih jauh lebih disukai oleh kalangan industri pengolahan kopra karena minyak kelapa yang dihasilkan sangat jernih dengan kualitas yang sangat tinggi. Tungku pengering sistem mobile hasil rancangan Baristand Industri Manado ini mampu menghasilkan kopra putih berkualitas tinggi karena pada prinsipnya proses pengeringan tidak dilakukan dengan cara memanaskan daging buah kelapa secara langsung dengan menggunakan api. Namun dengan cara mengeringkan daging buah kelapa melalui pemanasan udara. Cara pengeringan dengan menggunakan pemanasan udara ini dapat mencegah kontak langsung antara gas-gas hasil pembakaran (asap) dengan daging buah kelapa. Di dalam alat pengering tersebut terdapat rak-rak logam tempat menyimpan/menyusun daging buah kelapa yang akan dikeringkan. Selanjutnya udara panas yang dihasilkan dari pembakaran gas LPG di luar rak dialirkan ke dalam ruangan pemanas yang terdiri dari rak-rak logam berisi tumpukan/susunan daging buah kelapa. Secara umum dapat diilustrasikan bahwa tungku (alat) pengering kopra putih hasil rancangan Baristand Industri Manado berbentuk kotak (segi empat) dengan ukuran panjang 360 cm X lebar 130 cm X tinggi 200 cm. Di dalam kotak pengering itu terdapat blower, kipas angina, elpiji, selang dan rak daging buah kelapa.

Sedangkan di luar kotak pengering terdapat panel listrik, exhausting, ban bola, tuas penarik tungku, tabung elpiji, pintu kotak pengering untuk masuk keluarnya bahan baku dan saklar on/off (untuk elpiji, blower dan kipas).

Tungku pengering kopra putih sistem mobile tersebut memiliki kapasitas sebesar 1.200 butir kelapa dengan lama pengeringan 18 jam untuk satu tabung elpiji.Suhu ruang pengeringan selama proses pengeringan berlangsung rata-rata berkisar antara 66C sampai 80C. Kopra putih yang dihasilkan dari proses pengeringan dengan Tungku Pengering Kopra Putih telah terbukti memiliki kualitas yang sangat baik. Hasil analisis mutu kopra putih yang dilakukan Baristand Industri Manado menunjukkan bahwa mutu kopra putih sangat prima dan memenuhi kriteria Standard Nasional Indonesia (SNI).

Semoga Artikel ini bermanfaat untuk anda.
Artikulli paraprakMenghitung Penetapan Kadar Air Benih
Artikulli tjetërBudidaya Tanaman kapas